Sunday, March 04, 2007

Berpindah ke wordpress

Halo, saya tidak lagi menulis di blogspot.com, saya sekarang sudah pindah ke http://rinaldimunir.wordpress.com

Silakan kunjungi web di atas ya...

Tuesday, January 30, 2007

Hidup dan Masalah

Lama tidak menulis catatan, hari ini saya mulai lagi menarikan jari-jari di atas papan-ketik komputer. Biasalah, hari-hari kemaren cukup banyak masalah yang menyita waktu dan pikiran. Mulai masalah anak, masalah pekerjaan, sampai masalah studi S3 yang saya jalani. Masalah datang silih berganti. Selesai satu masalah, muncul lagi masalah baru. Hidup itu merupakan seni menyeleaikan masalah.

Yah, orang hidup pasti ada masalah. Kalau tidak ada masalah, bukan hidup namanya, tetapi mati. Dulu saya pernah membayangkan alangkah bahagianya rekan senior saya sesama dosen di sini. Dia sudah menyelesaikan S3 dan anak-anaknya sudah besar. Tentu sekarang dia bahagia dan bisa jalan-jalan kemanapun dia suka. Eh, ternyata dia bilang bahwa semakin besar anak maka ada saja masalah baru yang muncul. Oh... ternyata saya salah sangka.

Ya, memang kebahagiaan itu tidak diukur dari ada atau tidak masalah dalam hidup kita, tetapi seberapa mampu kita bisa tetap tenang dalam menyelesaikannya. Setiap masalah pasti ada penyelesaiannya. Tidak usah khawatir, bukankah Allah SWT dalam surat Alam Nasyrah mengatakan bahwa "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan".

Begitulah, kita tidak perlu khawatir dalam hidup ini, karena Allah akan menolong hamba-Nya yang meminta pertolongan kepada-Nya. Yang penting tetap berusaha dan berdoa agar setiap masalah yang kita hadapi dapat kita selesaikan dengan baik.

Thursday, December 28, 2006

Anak Bagaimana Orangtuanya Mendidik

Setelah punya anak, barulah kalian tahu bagaimana besar pengaruh pendidikan orangtua terhadap perilaku anak-anaknya. Saya punya anak yang sudah sekolah dan pra sekolah (serta satu lagi masih bayi). Alhamdulllah, karena selalu dididik dengan baik, mulai dari ibadah agama, kejujuran, kesantunan, menghormati orang lain, sampai kebiasaan sehari-hari, maka anak-anak saya tumbuh menjadi anak yang baik, meski kenakalannya sebagai anak-anak pada umumnya tetap saja ada. Kadang saya mendapat cerita prihatin dari anak orang lain yang anaknya suka berkata kasar, eh ternyata karena di rumah dia selalu mendengar omongan kasar baik dari paman maupun kakek nenenknya. Ada juga anak yang sejak kecil selalu diperlakukan secara kasar, maka setelah besar diapun bertindak kasar pula.

Ya, anak itu gimana orangtuanya. Jika orangtuanya mendidik dengan baik, maka anak itu tumbuh menjadi orang yang baik. Sebaliknya jika anak dididik dengan buruk, maka dia tumbuh dengan perilaku yang buruk pula. Keluarga adalah benteng pendidikan terkecil di dalam negara. Jika keluarga baik, maka masyarakatnya baik. Jika masyaraknya baik, maka negara pun baik. Begitu pula sebaliknya.

Kita sehari-hari bertemu dengan banyak orang. Kita dapat melihat bagaimana sifat keluarga orang tersebut dari perilakunya. Seorang yang relijius, rajin shalat misalnya, maka keluarganya juga dari kalangan yang relijius. Seorang yang suka arogan, maka kemungkinan waktu kecil orangtuanya suka memperlakukannya secara kasar. Namun, kasus seperti ini tidak selalu demikian, tetap ada beberapa pengecualian atau anomali, namun persentasenya kecil.

Nah, jika ada seseorang yang dididik secara baik di dalam keluarga lalu setelah dewasa menjadi buruk, apa peyebabnya? Misalnya, sewaktu kecil seseorang tampak alim, tetapi setelah dewasa dia menjadi liar dan permisif (terhadap seks misalnya). Ternyata di luar keluarga, ada dunia lain yang dimasuki anak, yaitu lingkungan. Lingkungan pergaulan yang buruk dapat merusak keprbadian baik yang ditanamkan di rumah. Ibarat anak kijang yang masuk ke tengah kawasan srigala. Kerentanan ini sebenarnya dapat dikurangi jika orangtua tetap memantau perkembangan anak di lingkungan pergaulan. Kita sering mendengar bantahan dari keluarga yang anaknya terlibat narkoba. Anggota keluarga mengatakan bahwa si anak tidak pernah sekalipun memakai narkoba. Si anak selalu shalat 5 waktu, alim, dan patuh pada orangtua. Tapi, apakah orangtua tahu apa yang dilakukan anak setelah berada di luar rumah? Dengan siapa dia bergaul? Kemana saja dia pergi?

Kunci semua ini kembali pada agama. Penanaman agama sejak kecil (tidak sekadar hapalan atau rutinitas ibadah semata) dapat membantu anak tetap kuat memasuki "kawasan srigala" sekalipun. Makanya tidak heran, orangtua di kampung lebih suka memasukkan anak-anak mereka ke pesantren atau madrasah ketimbang sekolah umum. Mereka berharap, pendidikan agama yang diperoleh anak di pesantren atau madrasah dapat membentengi anak dari pengaruh negatif. Intinya, mereka berharap anak-anak mereka tumbuh menjadi anak yang shaleh. Sementara kita di kota dihadapkan pada tuntutan yang bermacam-macam sehingga enggan memasukkan anak ke sekolah agama. Meski di sekolahkan ke sekolah umum, janganlah orangtua lalai menanamkan pendidikan agama dengan cara lain, minimal di dalam keluarganya sendiri.

Sunday, December 10, 2006

Partai Baru untuk Apa?

Sabtu sore, 9 Desember kemaren, ketika pulang ke rumah, saya terjebak kemacetan di daerah Gasibu dan sekitarnya. Penyebab kemacetan rupanya karena acara ulang tahun sebuah partai baru yang merupakan pecahan dari partai besar. Pendukung partai yang jumlahnya diperkirakan 10.000 orang memadati lapangan kecil itu untuk melihat pimpinannya berorasi dan seperti biasa ada hiburan musik dangdut. Mereka datang berombongan dengan puluhan bus dan mobil. Yang datang tidak hanya pemuda, tetapi juga nenek-nenek pun ikut serta. Bis-bis yang parkir dan ribuan orang yang berlalu lalang menyebabkan jalan di sekitarnya macet. Apalagi waktu itu usai hujan deras, macetpun makin menjadi.

Menarik melihat wajah-wajah kelelahan simpatisan partai baru ini yang masih berbasah-basah. Kebanyakan mereka memakai kaos bergambar logo partai. Wajah-wajah polos mereka menggambarkan simpatisan ini kebanyakan "didatangkan" dari desa-desa maupun dari daerah pinggiran Bandung. Saya sebut "didatangkan" karena saya meragukan mereka datang dengan kesadaran sendiri. Kenapa demikian? Lha, partainya saja belum jelas apakah bisa lolos ikut Pemilu 2009 atau tidak. Sebuah partai baru yang tidak dikenal dan bisa mendatangkan ribuan orang ke acara partai jelas mengundang pertanyaan bagaimana orang-orang itu bisa datang. Jawabannya mudah saja: yang penting ada uang. Zaman sekarang dimana kehidupan susah, siapa yang tidak tertarik dengan bayaran uang atau hadiah lain untuk mengikuti acara gelaran partai, kampanye, demo, dan sebagainya. Padahal boleh jadi mereka bukan pendukung partai tersebut, tetapi karena dibayar, diberi kaos, dikasih makan, dan pergi naik bus atau truk gratis, maka orang-orang desa yang polos ini mau bersusah-susah datang ke Bandung untuk menghadiri acara yang mereka sendiri tidak kenal pengurus partai dan tokoh-tokohnya, tidak kenal programnya. Mereka tidak mengerti apa yang diorasikan oleh orang-orang penting di panggung. Yang penting mereka bisa gratis jalan-jalan ke Bandung, dapat uang, makan, dan berjoget ria dihibur oleh penyanyi dangdut yang sensual.

Di zaman sekarang, membuat partai gampang. Asal punya uang banyak, maka anda dapat membuat partai baru. Uang penting karena ia merupakan alat yang ampuh untuk menarik simpatisan. Makanya tidak heran pengurus atau tokoh partai baru kebanyakan adalah pengusaha atau orang kaya. Simpatisan bisa dicari asalkan ada uang. Di dalam politik seolah berlaku pameo "ada uang ada orang". Ada orang yang langganan ikut kampanye, demo, atau apapun namanya, dari partai yang berbeda-beda. Hari ini dia ikut acara orasi partai A, minggu depan ia terlihat pada acara orasi partai B. Bahkan, tidak jarang pencarian orang ini dibisniskan. Ada orang yang punya usaha untuk memobilisasi massa ke acara sebuah partai. Berapapun jumlah orang yang anda minta untuk hadir di acara partai anda, mereka sanggup mendatangkannya. Tetapi tidak ada jaminan orang-orang tersebut akan memilih partai anda di dalam Pemilu nanti. Ini murni bisnis, Bung!

Partai-partai baru ini, yang sebagian besar akan menjadi partai gurem alias partai kerdil, tidak pernah belajar dari kekalahan partai-partai kecil pada era Pemilu yang lampau. Di Indonesia, mayoritas orang memilih partai pada Pemilu lebih banyak ditentukan oleh irasionalitas ketimbang program partai. Mereka memilih partai karena alasan ideologis atau kepopuleran tokoh-tokoh patai. Partai-partai gurem yang tokohnya tidak dikenal jangan harap akan mendapat dukungan. Nama-nama partai yang aneh-aneh tidak menjamin orang mau memilih. Di Bandung bulan lalu, di sebuah hotel berbintang dikukuhkan pengurus DPD partai yang bernama Partai Pembela Rakyat Nasional (PPRN). Di Jakarta, seorang artis mendeklarsikan partai yang bernama Partai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Partai-partai semacam ini diperkirakan akan menjadi gurem.

Lalu, buat apa mendirikan partai?

Thursday, December 07, 2006

Poligami Dilarang, Perzinaan Dibebaskan

Dikutip dari www.hidayatullah.com

Hidayatullah.com--Menurut sejumlah sumber, dai kondang Abdullah Gymnastiar, alias Aa Gym, telah menikah lagi sejak tiga bulan silam. Sedangkan Maria Eva, perempuan yang berselingkuh dengan Yahya Zaini, mengaku bahwa perzinaan yang mereka lakukan berlangsung pada tahun 2004.

Namun atas kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, kedua berita itu sama-sama baru tersiar ke masyarakat pada awal Desember 2006 ini. Nampaknya Allah memang telah merekayasa demikian, untuk memperlihatkan bagaimana reaksi bangsa ini menanggapi poligami dan perzinaan. Mana yang pilih madu dan mana pula yang pilih racun.

Seperti diketahui, setelah Aa Gym melakukan jumpa pers dan mengakui bahwa ia memang telah menikah lagi, mendadak sontak banyak perempuan yang bereaksi negatif. Tak cuma para aktivis gerakan feminisme, para ibu-ibu peserta pengajian Aa Gym, banyak yang mengutarakan kekecewaan dan kecamannya.

Nursyahbani Katjasungkana misalnya. Aktivis gerakan perempuan yang juga anggota Komisi III DPR dari FKB menyatakan mendukung gerakan penandatanganan Koalisi Perempuan Kecewa Aa Gym (KPKAG), yakni kelompok yang kecewa Aa Gym menikah lagi.

''Sebagai kaum perempuan, kami tentu saja ikut sakit hati, poligami dengan alasan apa pun telah menyakiti hati kaum perempuan, " ujar Nursyahbani kepada wartawan.

Revisi PP No. 10/1983

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta, juga ikut uring-uringan. Selasa (5/12), bersama-sama Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nazaruddin Umar keduanya menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono guna membicarakan PP10/1983 tentang pembatasan poligami. Dia ingin pembatasan itu tidak hanya bagi PNS dan anggota TNI/Polri, tapi juga berlaku bagi pejabat negara dan pegawai swasta.

Kepada wartawan Meutia mengungkapkan, Presiden menyatakan keprihatinannya dengan kasus poligami yang diterapkan tokoh masyarakat itu. Karena itu, Presiden, kata dia menyetujui untuk memperluas aturan itu. "Presiden mempunyai moral obligation (terikat secara moral) buat memperhatikan masyarakatnya," kata Meutia.

Kata Meutia, ide revisi PP 10/1983 ini, karena adanya keresahan masyarakat . "Titik tolaknya adalah keresahan masyarakat, terutama perempuan yang merasa tak diperlakukan tidak adil dalam perkawinan," ujarnya.

Poligami Liar

Anehnya, Meutia dan mereka yang anti-poligami, tidak merasa resah dan prihatin atas “poligami liar” yang dilakukan Maria Eva dan Yahya Zaini. Padahal, seperti diakui Maria, setelah berzina berkali-kali dengan anggota DPR dari Partai Golkar itu akhirnya dia hamil. Tetapi karena Yahya dan istri Yahya tak menghendaki anak dari hasil perbuatan haram mereka, Eva tidak berkeberatan untuk menggugurkan kandungannya. Maka pasangan tak bermoral itu kemudian pergi ke sebuah rumah sakit untuk membunuh janinnya itu.

Lagi-lagi Meutia juga tidak mengeluarkan kecaman atas tindakan pembunuhan janin itu. Apakah para perempuan tidak ikut merasa sakit hati dan diperlakukan tidak adil mengetahui Maria Eva dihamili di luar nikah lalu disuruh membunuh calon anaknya?

Atau andaikan mereka tidak menggugurkan kandungan, apakah kaum ibu itu tidak sedih dan sakit hati mengetahui kelak anak Maria Eva lahir tanpa bapak yang seharusnya bertanggung jawab atas nasib masa depan anak itu?

Rencana pemerintah yang akan memperketat aturan poligami, ditanggapi keras oleh sejumlah tokoh umat Islam. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi misalnya menyatakan, poligami sebaiknya tidak diatur dalam sebuah peraturan atau perundang- undangan. Menurutnya, poligami adalah masalah pribadi seseorang sehingga tidak layak jika harus diurusi pemerintah.

“Lebih baik mengurusi masalah kedisiplinan kerja dan peningkatan kinerja aparatur pemerintahan,”sebagaimana dikutip koran SINDO saat berada di Indramayu. Meski tidak secara gamblang menolak rencana revisi PP No 45/1990 ini, Hasyim Muzadi menyatakan, persoalan poligami sebaiknya dibiarkan berjalan secara alamiah.

Di hadapan ribuan kader NU Indramayu dalam acara pelantikan pengurus cabang setempat, Hasyim menyampaikan bahwa poligami adalah pilihan seseorang. Artinya, poligami menjadi tanggung jawab masing-masing individu dengan berbagai konsekuensi yang akan diperoleh.

Senada dengan Hasyim, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai, wacana poligami tidak perlu dikembangkan karena hanya akan membawa masyarakat pada perdebatan yang tidak perlu. Dia menyesalkan jika persoalan ini ditarik ke tataran politik atau kebijakan negara karena bisa kontraproduktif dalam upaya membangkitkan bangsa dari keterpurukan.

“Sementara, begitu banyak masalah bangsa yang strategis yang harus kita selesaikan, “imbaunya. Menurut Din, poligami adalah masalah khilafiyah (perbedaan pendapat) dalam Islam, terkait penafsiran terhadap ayat Al-Qur'an. Karena masalah ini adalah masalah keagamaan, dia mengharapkan semua pihak untuk berhati-hati menyimpulkannya.

Reaksi Senayan

Tak hanya tokoh NU dan Muhammadiyah, kalangan DPR juga bereaksi. Umumnya, para politisi di Senayan mengingatkan agar revisi yang dilakukan tidak sampai melanggar ketentuan agama, terutama agama Islam.

Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Effendy Choirie mengingatkan agar jangan sampai ada peraturan perundang-undangan, termasuk peraturan pemerintah, yang melanggar ketentuan agama. "Jadi, kalau pun mau direvisi, jangan sampai kesannya melarang poligami. Soalnya, Islam memperbolehkan poligami," ujarnya.

Kalau hasil revisi PP tersebut nanti malah terkesan membatas-batasi pelaksanaan poligami, dia menyerukan agar PP itu dihapus saja. "Agama sudah mengatur pelaksanaan poligami dengan lengkap. Jadi sudah nggak perlu lagi diatur-atur negara," tegasnya.

Pandangan yang sama juga disampaikan Wakil Ketua MPR AM Fatwa. Menurutnya, persoalan poligami harus dilihat pemerintah secara jernih dan objektif. "Jangan sampai pemerintah mengajari masyarakat untuk munafik dari hukum Allah," tuturnya. Poligami, katanya, mungkin bisa menjadi salah satu jawaban atas berbagai permasalahan sosial yang kini dihadapi. "Kita harus berpikiran terbuka," ujarnya.

Aisyah Baidlowi dari FPG mengakui bahwa poligami memang bisa menjadi jalan keluar darurat di tengah maraknya praktik perselingkuhan. "Dari sudut pandang itu, mungkin benar," katanya. Tetapi, menurut dia, tetap harus ada sisi-sisi lain yang dipertimbangkan, yaitu keadilan bagi keluarga secara keseluruhan. "Perlu benar-benar dipahami, yang dimaksud adil itu bagaimana," tandasnya.

Politikus Golkar Ferry Mursyidan Baldan menyampaikan bahwa poligami dalam konteks sosiologis masyarakat Indonesia bukanlah fenomena baru. "Tak masalah kalau praktik poligami mau diatur negara, tapi jangan menjadi seperti dilarang," ujarnya.

Anggota DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Al Muzammil Yusuf khawatir, jika poligami dilarang, justru akan menyemarakkan perzinaan. "Dia bukan diwajibkan, tetapi boleh. Artinya tidak harus, tetapi tidak juga dilarang. Tetapi ada prasyarat adil. Adil inilah yang perlu kita bahasakan lebih jelas. Adil dalam konteks masyarakat dimana hak wanita juga teperhatikan."

Suara Nafsu

Menurut Aa Gym, pemerintah seharusnya melarang hal-hal yang dinyatakan jelas-jelas diharamkan dan tidak melarang sesuatu yang dihalalkan oleh agama. "Berantas dulu pelacuran dan perzinaan yang masih banyak di negeri ini," kata Aa Gym saat berceramah di Masjid Raya Batam, Selasa malam. Ia mengatakan setuju dengan PP yang sifatnya menertibkan, namun harus jelas apa yang ditertibkan. "Aa setuju saja agar tertib," tambahnya.

Menurut pimpinan Pesantren Darut Tauhid Bandung ini, poligami dibolehkan dengan syarat yang berat. Karenanya, ia tidak menganjurkan jamaahnya untuk beristri lebih dari satu. "Kalau tidak ada ilmunya, lebih baik jangan," katanya.

Banyak pihak menilai, usulan merevisi UU Perkawinan hanya karena ada tokoh yang berpoligami itu sebagai sikap emosional yang lebih menonjolkan hawa nafsu semata. Menurut Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq, "Mereka itu memang tidak bicara atas agama, tapi atas hawa nafsunya. Ajaran Rasulullah tidak sebodoh dan senaif yang mereka tuduhkan, justru Rasul mengangkat derajat kaum wanita yang dinikahinya," tegas dia.

Menurut anggota Komisi III DPR (bidang hukum) Patrialis Akbar, poligami justru melindungi hak-hak wanita. ''Jika poligami dilarang maka mereka akan menikah sirri (diam-diam). Istrinya jadi istri simpanan yang hak-haknya tidak dijamin. Jika poligami tidak dilarang, hak-hak perempuan dan anak-anaknya akan terjamin,'' tandas anggota Fraksi Partai Amanat Nasional itu.

Dalam Debat di SCTV dengan topik, "Poligami, Siapa Takut?" di Studio SCTV, Rabu (6/12) tadi malam, Yoyoh Yusroh dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengatakan, agama Islam membolehkan poligami agar umatnya terhindar dari praktek perzinaan. Karenanya, ia tak keberatan andai suaminya memutuskan untuk berpoligami. Karena poligami justru memuliakan hak perempuan dan anak-anaknya, sedangkan perzinaan merupakan penghinaan terhadap perempuan.

Jadi Fir’aun?

Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq, meminta Presiden SBY untuk membuka mata hatinya, sehingga tahu mana yang seharusnya dilakukan.

"Pak Presiden jangan buta hatinya. Yang perlu dilarang dan diberantas adalah pelacuran dan perselingkuhan, bukan poligami. Perzinaan itu harus dihukum berat, bila perlu dirajam," demikian kata Habib Rizieq dikutip situs bisnis.com.

"Dalam Islam halal menikahi dua, tiga atau empat perempuan. Kalau sampai Pemerintah melarang poligami, apa SBY mau jadi Fir'aun yang berani menentang Allah?" tantang Habib Rizieq.

Kekecewaan yang dialami Habib juga dirasakan tokoh Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Lukman Hakiem. “Ini artinya, zina yang haram difasilitasi Pemerintah, sedangkan poligami yang halal dikriminalisasi, "ujarnya dikutip koran Duta.

Poligami dan Kejantanan

Suara pendukung poligami yang cukup menarik datang dari Ketua Pengurus PBNU, Masdar Farid Mas'udi.

Meski dikenal sebagai tokoh pendukung pemikiran liberal ini, dalam hal poligami ia berpendapat bahwa poligami adalah sesuatu yang natural alias alami sebagai penyeimbang banyaknya supply (jumlah perempuan yang ingin menikah) dengan demand (lelaki yang mampu menjadi suami).

“Jumlah perempuan selalu lebih besar dibanding lelaki yang layak menjadi suami. Poligami akan memperkecil ketidakseimbangan itu, “ ujar Masdar.

Menurutnya, sebagaimana dikutip koran Duta Masyarakat, Kamis (7/12), semua yang jantan diciptakan dengan bakat poligami. “Meski begitu, tidak hanya menguntungkan lelaki. Lembaga poligami justru untuk memenuhi hajat hidup dan hal reproduksi perempuan, “ ujarnya.
Seharusnya yang dilakukan pemerintah, kata Masdar, mendorong terjadinya poligami yang bertanggungjawab ketimbang mengkriminalisasikannya yang hanya akan memperbanyak monogami liar dan perselingkuhan yang menghinakan kaum perempuan.

Jika Jalan Terus

Jika Pemerintah SBY tetap jalan terus, melarang poligami dan membiarkan perzinaan, maka akan terulang kisah di sebuah negara sekuler di Afrika, seperti yang diceritakan Syaikh Abdul Halim Mahmud. Dikisahkan, ada seorang tokoh Islam yang menikah untuk kedua kalinya (berpoligami) secara syah menurut aturan syar`i. Namun berhubung negeri itu melarang poligami secara tegas, maka pernikahan itu dilakukan tanpa melaporkan kepada pemerintah.

Rupanya, intelejen sempat mencium adanya pernikahan itu dan setelah melakukan pengintaian intensif, dikepunglah rumah tokoh ini dan diseretlah dia ke pengadilan untuk dijatuhi hukuman seberat-beratnya. Melihat situasi yang timpang seperti ini, maka akal digunakan. Tokoh ini dengan kalem menjawab bahwa wanita yang ada di rumahnya itu bukan istrinya, tapi teman selingkuhannya. Agar tidak ketahuan istri pertamanya, maka mereka melakukannya diam-diam.

Mendengar pengakuannya, kontan saat itu juga pihak pengadilan atas nama pemerintah meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kesalah-pahaman itu. Dan memulangkannya dengan baik-baik serta tidak lupa tetap meminta maaf atas insiden itu. Ingin seperti itu? [Cholis Akbar, berbagai sumber]

Monday, December 04, 2006

Antara Aa Gym dan YZ

Berita Aa Gym nikah lagi (poligami) hampir mendominasi semua media massa pekan ini. Tiada hari tanpa berita mengenai pernikahan yang membuat "heboh" masyarakat itu. Yang membuat berita pernikahan poligami ini heboh adalah karena Aa Gym adalah public figure dan panutan masyarakat, khususnya ibu-ibu. Jadi, apa pun yang dilakukan oleh Aa Gym selalu menjadi sorotan, termasuk soal yang sensitif ini, yaitu poligami. Saking gencarnya berita pernikahan ini, Aa Gym sampai melakukan konferensi pers dua kali. Kemunculan istri keduanya bersama Teh Ninih di Daarut Tauhid Senin kemaren merupakan klimaks berita pernikahan ustad kondang ini.

Sebenarnya, poligami adalah hal yang biasa di dalam ajaran Islam. Islam membolehkan pria poligami asalkan bisa berlaku adil. Jika tidak berlaku adil, maka cukuplah istri itu satu saja. Praktek poligami sebenarnya sudah dilakukan banyak orang, mulai dari ulama, pejabat, sampai rakyat biasa. Pernikahan poligami saat ini umumnya selalu ditutup-tutupi, karena bagi sebagian masyarakat poligami dipandang sebagai aib dan memalukan. Pro kontra soal poligami masih terus berlangsung. Umumnya kaum perempuan menolak poligami, karena secara perasaan poligami cenderung dianggap merugikan istri pertama. Kaum feminis pun menganggap poligami sebagai praktek yang merendahkan harkat perempuan. Bagi kaum agamawan, poligami dipandang sebagai jalan keluar dari praktek perzinahan. Ketimbang berzinah atau selingkuh, maka lebih baik menikah lagi.

Saya tidak hendak membela Aa Gym. Terus terang, saya bukan pengagum Aa Gym. Saya jarang mengikuti ceramah-ceramahnya atau membaca buku-buku tentang dirinya. Saya tidak mau terjebak dalam kultus individu. Cukuplah Allah yang dikultuskan, dan cukuplah Rasulullah sebagai panutan. Namun, karena Aa Gym sudah menjadi milik publik, maka sepak terjangnya tentu tidak lepas dari sorotan. Mau tidak mau saya pun ikut mencermati berita soal poligami Aa ini. Kebanyakan memang berkomentar miring dan sinikal. Diskusi di milis dosen ITB hampir selama beberapa hari ini menyoroti soal pernikahan Aa Gym. Isinya berneka ragam, mulai dari bisa memaklumi dari sudut pandang agama, menganggap itu hak Aa Gym, sampai pandangan sinis dan nakal. saya pikir, itulah risiko yang ditanggung seorang public figure yang berpoligami.

Disaat berita pernikahan Aa Gym mendominasi, di seberang kota, di Jakarta, juga muncul berita yang menghebohkan. Seorang anggota DPR berinisial YZ (belakangan ditulis lengkap sebagai Yahya Zaini) terlibat skandal seks dengan seorang penyani dangdut yang tidak sukses, ME (belakangan ditulis lengkap sebagai Maria Eva). Rekaman video adegan intim YZ dengan ME terkuak dan menjadi konsumsi publik. Rekaman yang diambil dengan ponsel berkamera itu dibuat pada tahun 2004 pada waktu kampenaye Pemilu. Entah kenapa rekaman video itu beredar dan terungkaplah peerilaku amoral wakil rakyat itu. Gedung DPR pun kebakaran jenggot karena ulah seorang anggotanya. Perilaku YZ dianggap mencemakan DPR dan Partai Golkar (tempat ybs menjabat sebagai pengurus). Yang menarik adalah pengakuan ME, bahwa dia melakukan perzinahan itu tidak dalam keadaan menikah dengan YZ. Dengan kata lain, ME adalah wanita simpanan atau selingkuhan YZ. Yang mengagetkan, hubungan gelap itu membuahkan janin dan atas perintah istri YZ janin itu terpaksa digugurkan. Dua dosa yang dilakukan oleh pasangan ini, yaitu perzinahan dan pengguguran kandungan.

Marilah kita simak latar belakang YZ. YZ adalah mantan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam. Di Partai Golkar ia menjabat sebagai Ketua Seksi Keagamaan. HMI dan Seksi Keagamaan berkonotasi orang-orang yang berperilaku islami, namun ternyata dalam prakteknya yang bersangkutan melakukan perbuatan yang bertolak belakang dengan simbol-simbol Islam yang melekat di dalam dirinya. Sungguh memalukan jika kita memahami perilaku orang-orang yang sok alim ini. Tidak ada jaminan orang-orang seperti ini sehari-harinya menampilkan perilaku yang islami juga.

Antara YZ dan Aa Gym jelas beda. Aa Gym menikahi istri kedua secara sah dan dibolehkan dalam agama, sedangkan YZ - karena takut ketahuan istri pertama - melakukan perselingkuhan dan perzinahan, bahkan sampai membuahkan janin, dengan wanita lain secara sembunyi. Maka, benarlah bahwa poligami itu lebih baik daripada berzinah. Yang satu halal, yang kedua haram. Tergantung kita memilih mau setuju yang mana. Hanya saja, di sebagian masyarakat kita berkembang pandangan yang sebaliknya. Poligami dipandang sebagai aib, sedangkan perzinahan dianggap sebagai "kecelakaan" saja yang suatu saat bisa dimaafkan (misalnya dengan pertobatan). Inilah pandangan masyarakat kita yang sakit.

He..he, saya sama sekali tidak ada niat dalam hati meniru Aa Gym soal hal ini. Masih banyak prioritas penting dalam hidup saya ketimbang melakukan poligami. Membesarkan anak dan mencari nafkah buat anak istri jauh lebih utama ketimbang memikirkan soal yang satu ini. Namun, saya tidak menentang poligami karena saya meletakkan poligami secara proporsional sesuai dengan hukum agama Islam, yaitu praktek yang diblehkan dalam agama dengan syarat yang sangat berat.

Adapun Aa Gym, biarlah dia menjalani pilihan hidupnya itu, dan mudah-mudahan saja keluarganya tetap sakinah. Kita hanya bisa mendoakan, karena mendoakan yang baik buat seseorang dianjurkan dalam agama. Sedangkan YZ, dia sudah mendapat hukuman sosial dari masyarakat atas perilaku amoralnya dan biarlah Allah saja yang menghukum baik buruknya dia di akhirat nanti.

Thursday, November 30, 2006

Oh, Siswa-siswi SMA Kita!

Waktu naik kendaraan pergi-pulang rumah-kampus, kita sering menemukan pemandangan yang membuat kita geleng-geleng kepala. Siswi-siswi SMA berboncengan naik sepeda motor dengan posisi menghadap ke depan. Posisi itu dimungkinkan karena mereka memakai rok abu-abu yang ukurannya minim (di atas lutut) dan nge-pas di badan. Dulu, jika perempuan duduk di boncengan motor posisinya adalah menyamping. Posisi tersebut demikian karena wanita memakai kain atau rok yang panjang sekaki. Duduk di boncengan dengan posisi menghadap ke depan dianggap tidak sopan. Tetapi, sekarang nilai-nilai sudah berubah, maka posisi duduk tersebut terlihat dianggap biasa saja.

Kembali ke soal seragam SMA. Anak-anak SMA sekarang, termasuk SMP, memakai seragam yang melanggar aturan sekolah umumnya. Rok pendek di atas lutut yang nge-pas dan baju yang dikeluarkan (tidak dimasukkan ke dalam rok atau celana). Siswa laki-laki lain lagi, mereka memakai celana panjang yang seakan-akan mau melorot, sebentar-sebentar celana ditarik ke atas. Kalau duduk di dalam angkot kelihatan celana dalamnya.

Selidik punya selidik ternyata mode seragam seperti itu banyak meniru perilaku artis sinetron yang memerankan anak sekolahan. Lihatlah sinetron yang hampir setiap malam tayang di TV. Sinetron sekolahan yang temanya itu itu saja: persaingan memperebutkan cowok atau cewek. Sama sekali perilaku mereka tidak menampilkan perilaku pelajar umumnya. Seragamnya saja sudah begitu: siswi memakai rok pendek di atas lutut, baju dikeluarkan. Begitu pula siswanya. Meskipun cerita sinetron menampikan lingkungan sekolah, namun mayoritas adegan di dalam sinetron adalah sikap sinikal, intrik, dan persaingan antara siswa/i dalam memperebutkan cinta. Sama sekali tidak ada adegan yang memperlihatkan siswa kerja keras mempersiapkan ujian, mengerjakan PR, atau diskusi mengenai materi pelajaran. Adegan malam hari tidak jauh-jauh dari dugem, pesta, kencan di kafe atau mal. Benar-benar sinetron yang tidak mendidik. Anehnya, masih ada pihak sekolah yang mengizinkan sekolahnya sebagai lokasi shooting untuk sinetron sampah semacam itu. Gaya hidup seperti di sinetron itu pulalah yang ditiru oleh pelajar-pelajar kita. Ujung-ujungnya gaya hidup semacam ini mengarah ke permisivisme, yaitu paham yang serba membolehkan. Makanya tidak heran kita mendengar kasus pelajar hamil di luar nikah, pelajar tertangkap membawa atau mengisap narkoba, atau survei yang menyebutkan bahwa sebagian besar remaja di perkotaan sudah berhubungan seks sebelum menikah. Astaghfirullah!

Entah sampai kapan penetrasi budaya negatif semacam ini terus berlangsung. Hanya pendidikan moral dan agama yang cukup yang bisa membentengi anak-anak muda dari pengaruh negatif kebudayaan. Saya tidak melihat ada cara lain untuk menyelamatkan generasi muda selain pendidikan dua nilai tersebut.