Thursday, December 28, 2006

Anak Bagaimana Orangtuanya Mendidik

Setelah punya anak, barulah kalian tahu bagaimana besar pengaruh pendidikan orangtua terhadap perilaku anak-anaknya. Saya punya anak yang sudah sekolah dan pra sekolah (serta satu lagi masih bayi). Alhamdulllah, karena selalu dididik dengan baik, mulai dari ibadah agama, kejujuran, kesantunan, menghormati orang lain, sampai kebiasaan sehari-hari, maka anak-anak saya tumbuh menjadi anak yang baik, meski kenakalannya sebagai anak-anak pada umumnya tetap saja ada. Kadang saya mendapat cerita prihatin dari anak orang lain yang anaknya suka berkata kasar, eh ternyata karena di rumah dia selalu mendengar omongan kasar baik dari paman maupun kakek nenenknya. Ada juga anak yang sejak kecil selalu diperlakukan secara kasar, maka setelah besar diapun bertindak kasar pula.

Ya, anak itu gimana orangtuanya. Jika orangtuanya mendidik dengan baik, maka anak itu tumbuh menjadi orang yang baik. Sebaliknya jika anak dididik dengan buruk, maka dia tumbuh dengan perilaku yang buruk pula. Keluarga adalah benteng pendidikan terkecil di dalam negara. Jika keluarga baik, maka masyarakatnya baik. Jika masyaraknya baik, maka negara pun baik. Begitu pula sebaliknya.

Kita sehari-hari bertemu dengan banyak orang. Kita dapat melihat bagaimana sifat keluarga orang tersebut dari perilakunya. Seorang yang relijius, rajin shalat misalnya, maka keluarganya juga dari kalangan yang relijius. Seorang yang suka arogan, maka kemungkinan waktu kecil orangtuanya suka memperlakukannya secara kasar. Namun, kasus seperti ini tidak selalu demikian, tetap ada beberapa pengecualian atau anomali, namun persentasenya kecil.

Nah, jika ada seseorang yang dididik secara baik di dalam keluarga lalu setelah dewasa menjadi buruk, apa peyebabnya? Misalnya, sewaktu kecil seseorang tampak alim, tetapi setelah dewasa dia menjadi liar dan permisif (terhadap seks misalnya). Ternyata di luar keluarga, ada dunia lain yang dimasuki anak, yaitu lingkungan. Lingkungan pergaulan yang buruk dapat merusak keprbadian baik yang ditanamkan di rumah. Ibarat anak kijang yang masuk ke tengah kawasan srigala. Kerentanan ini sebenarnya dapat dikurangi jika orangtua tetap memantau perkembangan anak di lingkungan pergaulan. Kita sering mendengar bantahan dari keluarga yang anaknya terlibat narkoba. Anggota keluarga mengatakan bahwa si anak tidak pernah sekalipun memakai narkoba. Si anak selalu shalat 5 waktu, alim, dan patuh pada orangtua. Tapi, apakah orangtua tahu apa yang dilakukan anak setelah berada di luar rumah? Dengan siapa dia bergaul? Kemana saja dia pergi?

Kunci semua ini kembali pada agama. Penanaman agama sejak kecil (tidak sekadar hapalan atau rutinitas ibadah semata) dapat membantu anak tetap kuat memasuki "kawasan srigala" sekalipun. Makanya tidak heran, orangtua di kampung lebih suka memasukkan anak-anak mereka ke pesantren atau madrasah ketimbang sekolah umum. Mereka berharap, pendidikan agama yang diperoleh anak di pesantren atau madrasah dapat membentengi anak dari pengaruh negatif. Intinya, mereka berharap anak-anak mereka tumbuh menjadi anak yang shaleh. Sementara kita di kota dihadapkan pada tuntutan yang bermacam-macam sehingga enggan memasukkan anak ke sekolah agama. Meski di sekolahkan ke sekolah umum, janganlah orangtua lalai menanamkan pendidikan agama dengan cara lain, minimal di dalam keluarganya sendiri.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home